Tirakat Satu Malam
Hari ini kugariskan hidupku atas perihal yang ingin ku kenang dan yang tak ingin ku ulang. Disini kutorehkan akumulasi kegeramanku atas serentetan kebodohan yang berhasil kuciptakan. Inilah perwujudan dari kontemplasiku yang tak pernah sempurna.
Kuikhlaskan buah dari ikhtiarku menguap seperti butiran keringat yang menghempas gurun karena Dia menginginkannya kembali. Kuizinkan mimpi yang menghadiahiku bahagia dan perih untuk tidak pernah menjadi kenyataan. Kumaafkan semua pihak termasuk diriku sendiri, yang berkonstribusi dalam menyakitiku dan membuat kutukanku mengalir atas ketololanku, demi membasuh luka yang hampir membuatku percaya bahwa Dia sedang bermain kejam denganku. Tundukku pada rencana Sang Pembolak Balik Hati yang selalu penuh tanda tanya besar, walaupun ketetapan Nya sempat menuai protesku.
Demi air mata ibunda yang tumpah pada hari ini aku bersumpah untuk menjadikannya bangga atas setiap hela nafas yang dia habiskan untuk menyebut namaku. Tetap dengan caraku. Cara yang tak pernah dia mengerti. Cara yang hanya aku dan orang-orang yang bersedia melihat jalan pikiranku dari sudut yang berbeda yang bisa memahaminya.
Hari ini kuletakkan apa yang menjadi itikadku kedepan agar kalian, orang-orang yang mengagungkan kepedulian, berhenti menghakimi apa yang kutinggalkan.
Leave a Reply