Keajaiban dibalik masa sulit di startup
Masa pandemi benar-benar memberikan tantangan yang luar biasa bagi banyak orang, terutama pelaku startup dan UMKM. Kami di Qasir.id sendiri setidaknya sudah pernah melewati dua masa sulit dan di tulisan ini gue ingin berbagi tentang bagaimana kami bisa melewati dua masa sulit tersebut.
Bicara mengenai masa sulit, ada sebuah cerita yang sangat menginspirasikan gue dan juga mengubah hidup gue. Cerita ini gue dapatkan dari seorang teman, di saat gue baru aja memulai jalan hidup yang baru, sebagai suami dan sebagai seorang freelancer. Ya, gue memutuskan resign dari pekerjaan gue untuk jadi freelancer setelah gue melamar istri gue. Bisa dibayangkan gimana “menegangkan” hidup gue saat itu dimana gue harus kejar-kejaran antara penghasilan freelancer dengan pengeluaran bulanan rumah tangga.
Pemikiran yang Counter-intuitive
Di tengah kekhawatiran gue menghadapi gejolak ekonomi rumah tangga, teman dekat gue menceritakan sebuah cerita yang ga akan pernah gue lupakan seumur hidup gue. Cerita tentang seorang temannya yang mengalami kecelakaan dan patah pada bagian kaki yang membuat dia harus menjalani bed rest selama kurang lebih 3 bulan. Sehari-hari dia hanya bisa diam di kamar ditemani komputer yang terhubung ke internet, kurang lebih mirip seperti kondisi kita saat ini yang ga bisa kemana-mana. Dari hasil browsing di internet dia belajar mengenai Internet Marketing dan pelan-pelan dia mulai mendapatkan penghasilan dari Internet Marketing. Bahkan sampai akhirnya dia sembuh, dia udah berhasil menghasilkan ratusan juta sampai bisa beli mobil. Sekitar 2–3 tahun setelah itu, dia mengalami kecelakaan lagi yang mengharuskan dia untuk bed rest lagi. Umumnya orang akan mengganggap hal ini sebagai musibah atau kesialan, tapi ga gitu halnya buat dia. Alih-alih mengeluh atau menggerutu karena kena kecelakaan lagi, dia dengan excited malah bilang, “Sepertinya gue mau dapat rejeki ratusan juta lagi nih!”. Pernyataan spontan itu bener-bener mind blowing buat gue. Belum pernah gue denger ada orang yang baru mengalami musibah kecelakaan bisa punya pemikiran seperti itu, paling baik cuma bisa ngomong “Yah, mungkin dibalik musibah ini ada hikmahnya”. Tapi dia ga gitu, dia segitu yakinnya dibalik musibah ini benar-benar ada rejeki yang nungguin dia.
Awal Masa Sulit
Cerita ini terngiang-ngiang terus di kepala gue dan gue coba untuk menanamkan pemikiran seperti itu dikepala gue walaupun gue belum tentu bisa berkata yang sama kalo gue mengalami musibah seperti itu, sampe akhirnya gue diberi ujian yang cukup berat. Istri gue tiba-tiba didiagnosa terkena Penyakit Trofoblas Ganas atau biasa disebut PTG, sebuah tumor ganas yang muncul setelah dia melewati proses kuretase yang kedua kalinya. Untuk mengobati PTG ini dia harus menjalani serangkaian kemoterapi ringan. Total ada 7 seri yang dilakukan setiap bulannya dan setiap seri butuh waktu 4–5 hari untuk injeksi. Jadi setiap 3 minggu gue dan istri menginap di rumah sakit. Walaupun kemoterapi ringan, tetap aja dampaknya terasa banget. Sekujur mulut muncul sariawan sampai kerongkongan, kulitnya memerah, hilang nafsu makan, dan susah tidur. Saat mulai menjalani proses ini, cerita dari teman gue itu muncul lagi di kepala gue, bikin gue lebih tenang menjalani proses ini tanpa rasa galau, sedih atau susah walaupun setiap selesai kemo selalu deg-degan karena tagihannya yang lumayan mahal. Memang yang namanya rejeki datangnya bisa dari mana aja. Setiap kali gue harus bayar tagihan dari rumah sakit selalu ada aja uang di tabungan. Gue coba menanamkan prasangka baik bahwa setelah ujian ini berakhir, ada rejeki yang lebih besar menunggu. Dan sampai pada akhirnya proses kemoterapinya selesai, keajaiban pun terjadi. Atasan tempat istri gue bekerja yang mendengar kabar kalo istri gue sedang menjalani kemo, tiba-tiba ngasih pinjaman uang tunai yang cukup untuk mengganti seluruh biaya kemoterapi yang udah dijalani dan kami boleh kembalikan setengahnya aja tanpa bunga dan tanpa batas waktu. Gue yang selama kemoterapi sempat nyari kerjaan tapi ga pernah diterima, tiba-tiba dapat panggilan interview dari kantor yang ga pernah gue kirimkan lamaran dan diterima kerja di kantornya yang jaraknya hanya 15 menit dari rumah dengan gaji yang jauh lebih besar dari pendapatan gue sebagai freelancer. Gue dan istri sempat speechless, ga nyangka kalo prasangka baik kami bener-bener kejadian. Pada titik itu lah gue baru ngerti kenapa itu orang bisa kegirangan pas kecelakaan lagi.
Masa Sulit di Startup
Mulai dari situ, sikap berprasangka baik ini jadi kebiasaan gue dalam menjalankan apapun, terutama pada saat gue mulai bikin startup di 2015.

Setelah kami meluncurkan product point of sale kami secara perdana di Q3 2016, kami mulai nyari investor untuk series berikutnya karena ujung runway kami sudah dekat. Masuk Q4 2016 kami belum juga nemu investor yang mau menanamkan investasinya di kami walaupun sudah ada yang berdiskusi cukup intense dengan kami. Sekitar di bulan Desember 2016, modal yang kami punya udah benar-benar menipis, kami sampai ga yakin masih bisa bertahan di bulan berikutnya atau ga. Lalu tiba-tiba, kami dikenalkan ke angel investor yang merupakan teman dari dosennya teman kami karena yang bersangkutan sedang nyari aplikasi Point of Sale. Seminggu setelah pertemuan pertama, yang bersangkutan setuju untuk berinvestasi di kami. Ini benar-benar kejutan buat kami, karena investor justru datang dari orang yang ga pernah kami dekati. Dan itu bukan satu-satunya rejeki yang kami terima di akhir 2016 tersebut. Rumah partner gue, Angga, yang udah diiklankan untuk dijual selama 1,5 tahun tiba-tiba ada yang beli. Tanah gue di kampung yang udah 5 tahun ga laku-laku karena memang lokasinya yang ga strategis tiba-tiba ada yang mau beli. Dan yang paling mengharukan, gue dan istri yang udah nungguin momongan selama 6 tahun karena terus menerus keguguran, tiba-tiba dititipkan sebuah janin dengan detak jantung. Berhubung kami udah ambil tiket umroh dan dokter ga mengizinkan untuk berangkat, jadinya tiket umrohnya gue kasih ke Angga dan istrinya yang mana adalah sesuatu hal yang udah lama mereka impikan. Bagi kami saat itu rasanya bukan cuma ketiban rezeki nomplok, tapi ditampar rezeki saking dahsyatnya. Di momen itu baru gue ngerti maksud dari Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6: fa inna ma’al-’usri yusrā, inna ma’al-’usri yusrā. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Makna ayat ini sejatinya ditampakkan ke kami dimana setelah investor masuk ternyata masih ada proses administrasi yang memakan waktu sampai 4 bulan, dimana artinya selama 4 bulan uang dari investor belum masuk ke rekening kami sementara keuangan sudah ga cukup buat operasional perusahaan. Berkat uang penjualan rumah dan tanah tersebut lah kami bisa bertahan selama 4 bulan sampai akhirnya uang dari investor masuk. Sampai sekarang gue masih merinding kalo mengingat kembali momen itu yang menurut gue ga mungkin sebuah kebetulan. Gue percaya kalo kemudahan itu tidak datang tiba-tiba, tapi dia dipersiapkan dengan baik dibalik kesulitan kita, dia cuma perlu menunggu waktu yang tepat untuk muncul.
Lalu di awal 2018 kami mengalami kejadian yang kurang lebih sama, dimana kami sudah mendekati ujung runway dari investasi sebelumnya dan kami sudah mulai persiapan untuk fundraising. Saat kami sedang mendekati calon investor, tiba-tiba kami kehilangan salah satu key partner kami yang rencananya akan menjadi salah satu sumber revenue terbesar kami. Itu membuat kami sangat terpukul, merasa kehilangan arah dan harapan. Seminggu kami habiskan untuk memikirkan apa yang terjadi dan apa yang harus kami lakukan berikutnya. Lalu kami bangkit dan mulai menyusun strategi baru. Intinya kami ga mau nyerah gitu aja, kalo pun kami harus selesai, setidaknya kami udah nyoba melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan perusahaan. Kami coba untuk pivot dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang mendukung langkah pivot tersebut sembari mendekati potential investor yang mungkin tertarik dengan langkah pivot kami itu. Mendekati 2 bulan sisa runway, gue dan partner mengumumkan kondisi perusahaan ke semua orang yang ada di perusahaan dan setiap orang dipersilahkan bersiap-siap untuk mencari pekerjaan baru karena keuangan perusahaan hanya bisa bertahan kurang dari 2 bulan. Lalu keajaiban terjadi lagi. Tiba-tiba relasi dari mentor kami memperkenalkan kami ke sebuah perusahaan besar yang kebetulan sedang mencari solusi seperti yang kami punya. Seperti kejadian sebelumnya, seminggu setelah pertemuan pertama mereka setuju menanamkan investasinya tepat pada saat uang di tabungan perusahaan udah ga mampu membiayai operasional perusahaan di bulan berikutnya. Ini merupakan momen yang luar biasa buat kami pada saat itu. Bukan cuma kami berhasil melewati masa sulit yang cukup menegangkan, tapi momen tersebut juga membuktikan bahwa tim Qasir.id saat itu benar-benar solid dalam melewati tantangan ini bersama-sama.
Pelajaran dari Masa Sulit
Awalnya kami ga tau apa yang membuat kami bisa melewati dua masa sulit tersebut sampai mentor kami menunjukkan alasan utamanya. Setidaknya ada 4 prinsip yang kami pegang saat menghadapi masa sulit.
Pertama adalah ikhlas. Ikhlas disini maksudnya kami mengijinkan kondisi sulit tersebut terjadi pada kami dan menerimanya dengan lapang dada. Dengan begitu pikiran kami bisa lebih tenang, langkah bisa lebih ringan, dan kami bisa bekerja lebih baik walau dalam masa sulit sekalipun.
Kedua adalah berprasangka baik. Dimana kami meyakini bahwa dibalik permasalahan berat yang sedang kami hadapi, ada kebaikan yang luar biasa besar menunggu. Hidup ini memang sudah didesain dengan keseimbangan yang begitu sempurna. Yakinlah bahwa berat dari permasalahan yang kita pikul berbanding lurus dengan kebaikan yang akan kita terima. Kalo kita ngerasa masa pandemi ini ngasih beban yang begitu berat, tentu bisa dibayangkan betapa besarnya rejeki dan kebaikan yang akan kita terima setelahnya.
Ketiga adalah memperkuat ikhtiar. Dalam masa sulit kami memperkuat ikhtiar bukan hanya dengan menambah jam kerja, tapi juga dengan menambah wawasan kami, meningkatkan produktivitas kerja, fokus pada hal-hal yang penting, lebih giat mencari peluang kerjasama yang benar-benar menguntungkan. Segala ikhtiar yang kami lakukan bukan cuma agar kami bisa melewati masa sulit, tapi juga mempersiapkan diri untuk kebaikan yang jauh lebih besar yang akan kami terima. Saat kami menghadapi masa sulit di akhir 2016 tim Qasir berjumlah 8 orang, dan setelah melewati masa sulit di 2017 tim Qasir berkembang menjadi 15 orang. Saat menghadapi masa sulit di awal 2018 tim Qasir berjumlah 23 orang, dan setelah melewati masa sulit di 2018 akhir, jumlah tim Qasir meningkat drastis menjadi 100 orang. Ini menunjukkan bahwa setiap kali tim Qasir berhasil melewati masa sulit, kami tumbuh pada skala yang jauh lebih besar baik secara tim maupun pekerjaan. Karena itu kami berikhtiar yang lebih kuat di masa sulit agar kami layak mendapatkan kebaikan yang lebih besar nantinya.

Dan yang terakhir, bersedekah. Kami berempati dengan orang yang berada disekitar kami, terutama pada masa sulit seperti ini. Ada orang-orang yang kehilangan pekerjaannya, ada orang-orang yang secara finansial kesulitan untuk bisa bertahan hidup sehari-hari, maka kami menyisihkan sebagian pendapatan untuk kami meringankan hidup mereka yang kurang beruntung. Bersedekah bukan hanya membersihkan harta kami dan memudahkan hidup orang lain, tapi juga memperlancar jalan kami melewati masa sulit.
Dan yang paling penting, empat hal ini ga bisa dilakukan sendirian. Ga bisa hanya manajemen aja, ini harus dilakukan bersama-sama oleh seluruh orang yang ada di perusahaan. Agar semua orang bisa saling bahu-membahu, saling membantu, dan tetap solid selama melewati masa sulit.
Dan sekarang saat pandemi covid-19 melanda dan mengganggu perekonomian bangsa, kami bisa dengan tenang melakukan penyesuaian untuk bisa bertahan melewati masa sulit yang mungkin bisa lebih panjang dari masa-masa sulit yang pernah kami lewati. Tapi di titik ini, bagi kami melewati masa sulit ini dan mendapatkan kebaikan besar setelahnya bukan lagi sebuah keberuntungan atau keajaiban, tapi sebuah keniscayaan. Insya Allah kita semua bisa melewati pandemi ini, tetap semangat, jangan mudah menyerah, dan harus yakin ada hal baik yang jauh lebih besar menunggu kita setelah kita berhasil melewati masa sulit ini.
Leave a Reply